WELCOME TO "JASMERAH BLOG"

Kamis, 01 Oktober 2009

Kajian Naskah Palembang

SYA’IR PERANG MENTENG (1)

  • Penelitian Fisik Syaír

Syaír Perang Menteng diterjemah oleh Dr. M.O.Woelders, syaír tersebut memiliki 260 bait. Setiap syaír memilki empat baris, jika dijumlahkan seluruh baris dalam syair perang menteng maka akan berjumlah 1040 baris. Di mulai dari halaman 161-197. Dalam penulisan kata sya’ir ada perbedaan, penulisan kata sya’ir pada sampul tertulis “Syair” sedangkan pada judul Sya’ir Perang Menteng tertulis “Sya’ir”.

Dua baris pertama merupakan sampiran, dan dua baris berikutnya merupakan isi atau maksud sya’ir. Sajak dalam sya’ir didominasi menggunakan sajak “aa”, ada lima sya’ ir yang tidak memenuhi sajak “aa”, tetapi jika dilapaskan maka akhir dari bait tersebut akan melahirkan sajak “aa”, lihat sya’ir no 8, 41, 95, 197, dan 254.

Dalam sya’ir perang menteng banyak menggunakan majas perumpamaan. Terjamahan sya’ir perang menteng yang ditulis oleh Dr. M. O. Woelders ditranterasikan langsung tanpa melakukan perubahan ke dalam bahasa Indonesia yang disempurnakan. Jika dilihat kosakata dalam kalimat-kalimat sya’ir, maka dapat kita simpulkan bahwa sya’ir perang menteng menggunakan bahasa Arab-Melayu.

Awal huruf pada baris pertama juga didominasi huruf mati berjumlah 239 sya’ir lihatsya’ir no:

1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,28,29,30,31,33,34,35,36,37,38,39,41,42,44,45,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,63,64,65,66,67,68,69,70,74,75,76,77,78,79,80,81,82,83,84,85,86,87,88,89,90,91,92,93,94,95,96,97,98,99,100,101,102,103,104,105,106,107,108,109,110,111,112,113,114,115,116,117,118,119,120,122,123,124,125,126,127,128,129,130,131,132,133,134,135,136,137,138,139,140,141,142,143,144,145,146,147,148,149,150,151,152,153,155,156,157,158,159,160,161,162,163,164,165,166,167,168,169,170,171,172,173,174,175,176,177,178,179,180,181,182,183,184,185,186,187,188,189,190,191,192,193,194,195,196,197,198,199,201,202,203,204,206,307,208,209,210,211,213,215,216,217,218,220,222,223,224,225,226,227,228,229,230,231,232,233,234,235,237,238,239,241,242,243,244,245,246,247,249,250,251,252,253,254,256,257,258,259,260 dan hanya dua puluh satu sya’ir yang huruf awal pada baris pertama menggunakan huruf vokal (huruf hidup) lihat sya’ir no 2, 27, 32, 40, 43, 71,72, 73, 121, 146, 154, 200, 205, 212, 214, 219, 221, 236, 240, 248, dan 255.

Sajak “aa” yang berakhiran dengan huruf mati berjumlah 100 bait, terdiri dari:

huruf G = 27 bait, lihat syai’ir no 13, 18, 37, 43, 59, 79, 90, 92, 93, 98, 100, 108, 123, 128, 134, 138, 140, 152, 154, 158, 181, 189, 206,242,256, 258, 260.

Huruf N = 24 bait, lihat sya’ir no11,53, 61,66, 76, 78, 85, 110, 117, 141, 142, 147, 165, 191, 192, 193, 199, 209, 211, 215, 223, 229, 259.

Huruf T = 9 bait, lihat sya’ir no 35, 75, 119, 120, 133, 184, 225, 227, 249.

Huruf H = 14 bait, lihat sya’ir no 47, 71, 94, 111, 121, 135, 144, 145, 146, 148, 149, 161, 216, 230.

Huruf R = 16 bait, lihat sya’ir no 15, 64, 89, 87, 88, 97, 127, 131, 136, 139, 162, 169, 190, 201, 222, 247.

Huruf M = 6 bait, lihat sya’ir no57, 65, 160, 186, 195, 233.

Huruf S = 2 bait, lihat sya’ir no 51, 155.

Huruf K = 1 bait, lihat Sya’ir no 178.

Huruf P = 1 bait, lihat Sya’ir no 9

Sebanyak 155 bait yang bersajak “aa” yang diakhiri dengan huruf hidup (vokal), terdiri dari tiga huruf yaitu:

Huruf A = 89 bait, lihat sya’ir no 1, 2, 3, 4, 5, 7, 16, 21, 23, 25, 26,27, 29,32, 34, 39, 45, 48, 52, 55, 58, 62, 63, 67, 68, 69, 70, 72, 81, 82, 84, 89, 99, 101, 109, 112, 113, 114, 115, 118, 124, 126, 129, 130, 132, 137, 143, 150, 151, 153, 157, 159, 163, 164, 166, 170, 171, 172, 175, 176, 177, 180, 183, 187, 188, 194, 205, 207, 208, 210, 213, 214, 218, 220, 226, 228, 231, 237, 238, 239, 240, 241, 243, 246, 248, 250, 252, 255, 257.

Huruf I =56 bait, lihat syair no,6, 12, 14, 17, 19, 20, 22, 30, 31, 33, 36, 38, 40, 42, 44, 46, 49, 50, 54, 56, 60, 73, 74, 77, 83, 86, 91, 96, 102, 103, 104, 106, 107, 116, 122, 125, 156, 167, 168, 173, 174, 182, 185, 196, 200, 202, 203, 204, 212, 219, 221, 224, 236, 244, 245, 251.

Huruf U = 10 bait, lihat sya’ir no 10, 24, 28, 105, 179, 198, 217, 234, 235, 253.

Perlu diingat dalam perhitungan ini, lima bait yang lapasnya berakhiran dengan sajak “aa”, tidak dihitung. Alasannya karena, di sini tidak menghitung pengucapan (lapas) melainkan penulisan huruf. Akan tetapi terdapat tiga tipe sajak yang dimaksud:

Huruf A+H = 2 bait, lihat sya’ir no 8, 254.

Huruf U+H = 1 bait, lihat bait no, 4.

Huruf T+D = 2 bait, lihat sya’ir no 95, 197.

Dapat juga kita ketemukan bahwa awal kalimat pada baris pertama pada 259 bait didominasi menggunakan huruf kapital, tetapi pada sya’ir no 12 tidak menggunakan huruf kapital. Kemudian sya’ir yang mencantumkan keterangan waktu dapat ditemukan pada lima bait. Lihat sya’ir no 10, 91, 145, 219 dan 257.

Pada Sya’ir Perang Menteng, ditemukan penekanan –penekanan pada kata-kata tertentu, dengan maksud dan tujuan tertentu seperti: kata ménténg, pangéran, témpo dan lain-lain.

Kebanyakkan Syaír Perang Menteng berisikan tentang perlawanan masyarakat Melayu dan jihad melawan pasukkan Holanda (Belanda). Selain berisikan tentang perlawanan dan jihad fi sabilillah, sya’ir perang menteng juga berisikan nasehat agama, dan sya’ir tentang nasehat tersebut dapat ditemukan pada tujuh sya’ir. Lihat sya’ir no 34, 119,120, 121,122, 213 dan 214.

No

Huruf Awal

No

Huruf Awal

No

Huruf Awal

No

Huruf Awal

1

66

105

156

2

67

106

157

3

68

107

158

4

69

108

159

5

70

109

160

6

71

110

161

7

72

111

162

8

73

112

163

9

74

113

164

10

75

114

165

11

76

115

166

12

77

116

167

13

78

117

168

14

79

119

169

15

80

118

169

16

81

119

170

17

82

120

178

18

83

121

179

19

84

122

180

20

85

123

181

21

86

124

182

22

87

125

183

23

88

126

184

24

89

127

185

25

90

128

186

26

91

129

187

27

92

130

188

28

93

131

189

29

94

132

190

30

95

133

191

31

96

134

192

32

97

135

193

33

98

136

194

34

99

137

194

35

100

138

196

36

101

139

197

37

102

140

198

38

103

141

199

39

104

142

200

40

105

143

201

41

106

144

202

42

107

145

203

43

108

146

204

44

109

147

205

45

110

148

206

46

111

149

207

47

112

150

208

48

113

151

209

49

114

152

210

50

115

153

212

51

116

154

213

52

117

155

214

53

118

215

54

119

216

55

120

217

56

121

218

57

122

219

58

123

220

60

124

221

61

125

222

62

126

223

63

127

224

64

128

225

65

129

226

130

227

  • Pen106elitian Isi dan Makna Sya’ir215

Secara umum, syaír perang menteng terbagi ke dalam tiga bagian utama yaitu:

  1. Pembukaan, pada pembukaan Sya’ir Perang Menteng berisikan awal petaka atau sebab-sebab petaka dan munculnya peperangan awal.
  2. Isi, pada bagian isi, Syair Perang Menteng banyak dipenuhi oleh perlawanan masyarakat melawan pasukkan Holanda.
  3. Penutup, bagian penutup pada Sya’ir Perang Menteng beisikan penutup cerita dari perang menteng dan permohonan maaf penulis.

Sya’ir Perang Menteng bercerita dengan menggunakan alur/plot campuran. Kronologis cerita Sya’ir Perang Menteng menceritakan perlawanan masyarakat melayu melawan pasukan Holanda. Tempat kejadian peristiwa Perang Menteng berada di tanah Melayu (khususnya tanah Sumatera Bagian Selatan dan tanah Bangka-Belitung), akan tetapi peristiwa ini lebih dikenal di Palembang.

Dalam Sya’ir Perang Menteng, dapat ditemukan beberapa tokoh, baik itu tokoh utama maupun tokoh antagonis. Secara global tokoh utama dalam Sya’ir Perang Mentang ini terbagi ke dalam empat golongan utama:

  1. Para penguasa ( seperti, raja, pangeran, patik dan lain-lain)
  2. Pemuka masyarakat
  3. Tokoh agama
  4. Rakyat

Sama halnya dengan tokoh utama, tokoh antagonis dalam Sya’ir Perang Menteng dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Pangeran Muhammad

2. Raja akil

3. Idelir Menteng Holanda

4. Opsir Holanda

5. Kornel Bakar

Pada bagian isi Sya’ir Perang Menteng, sya’ir-sya’irnya begitu bermakna. Satu sya’ir dengan sya’ir-sya’ir yang lainnya saling bertautan satu dengan yang lainnya. Sehingga, apabila salah satu sya’ir dihilangkan maka makna sya’ir akan menjadi rancu dan kehilangan bentuk cerita.

Ø Pembukaan Sya’ir Perang Menteng

Penjelasan tentang pembukaan dan penyebab terjadinya Perang Menteng dapat kita baca pada sya’ir no 1 sampai dengan 5. Syair no 6 sampai dengan 9 berceritakan tentang persiapan masyarakat, para penguasa, pemuka masyarakat, tokoh agama untuk melawan pasukkan Holanda. Pada sya’ir no 10 berisikan tanggal peperangan terjadi, atau dimulainya peperangan melawan pasukkan Holanda.

Ø Isi Syaír Perang Menteng

Sya’ir no 11 sampai dengan 256 berisikan perlawanan terhadap pasukkan Holanda. Dalam sya’ir tersebut terdapat beberapa tokoh perjuangan melawan pasukkan Holanda dan peristiwa penting lainnya.

Sya’ir no 11-22, tokoh perlawanan adalah : Haji Zain, Haji Jauhari dan Haji Ratib.

Sya’ir no 23-26, tokoh perlawanan adalah : Pangeran Prabukesuma.

Sya’ir no 27-34, tokoh perlawanan adalah : Putera Duli Baginda.

Sya’ir no 35-40, tokoh perlawanan adalah : Rangga Satyagati

Sya ír no 41-47, tokoh perlawanan adalah : Kemas Said.

Sya’ir no 48-65, tokoh perlawanan adalah : Pangeran Natagama

Sya’ir no 66-79,tokoh perlawanan adalah : Haji Bustam, Pangeran Kramayuda, Kramadiraja Pangeran Jauhari, dan Demang Wiratenaya.

Sya’ir no 80-86, tokoh perlawanan adalah : Temenggung Haji dan raja Mansyur

Sya’ir no 87-92, tokoh perlawanan adalah : Sultan Ratu

Sya’ir no 93-101, tokoh perlawanan adalah : Sayyid Zain dan Temenggung Astrawijaya.

Sya’ir no 102-110, tokoh perlawanan adalah : Citrawijaya

Sya’ir no 111-124, tokoh perlawanan adalah : Khatib Muhammad Saleh, Pangeran Puspawijaya, Pangeran Wirasentika, Pangeran Wiradiwangsa, Pangeran Puspadiraja, Haji Abdurrahim dan Haji Mas’ud.

Sya’ir no 125-128, tokoh perlawanan adalah : Rangga Darpacita.

Sya’ir no129-138, tokoh perlawanan adalah : Temenggung Citradita, dan Pangeran Citrawijaya.

Sya’ir no 139-143, “berisikan upaya perdamaian yang dilakukan oleh pihak Holanda kepada Paduka Nenda.”

Sya’ir no 144-145, “berisikan pengusiran pasukan Holanda ke negeri Mentok dan waktu pengusiran.

Sya’ir no 146-155, tokoh perlawanan adalah : Orang Benteng dan Pangeran Puspadiraja.

Sya’ir no 156-163, tokoh perlawanan adalah : Pangeran Puspakrama

Sya’ir no 164-170, tokoh perlawanan adalah : Sutadiwangsa dan Sumawijaya

Sya’ir no 171-184, Bercerita tentang keagungan tokoh perlawanan melawan pasukan Holanda: Rangga Darpacita, Pangeran Astrawijaya, Rangga Satyagati, Pangeran Suradilaga, Pangeran Sutakesuma, pangeran Wirakesuma.

Sya’ir no 185-189, tokoh perlawanan adalah : Pangeran Bupati dan Pangeran Natadiwangsa.

Sya’ir no 190-201, tokoh perlawanan adalah : Temenggung Haji, Syaikh Kutub al-Salwan, Sayyid Abdulrahman, Sayyid Husin, Sayyid Akil Muhammad dan Sayyid Ahmad bin Ali

Sya’ir no 202-210, tokoh perlawanan adalah : Hulubalang Raja Basturi.

Sya’ir no 211-223, tokoh perlawanan adalah : Pangeran Dipati, Raja Akil Arif, Pangeran Bupati dan Puspadilaga.

Sya’ir no 224-233, berisikan sebuah kisah atau peristiwa yang sangat singakat tentang suatu peristiwa besar seperti: peristiwa perlawanan di Pulau Bayak, Selat Jaran, muslihat pasukkan Holanda dengan mengirim utusan yang bernama si Gangsa dengan membawa surat perdamaian. Penolakkan surat dari pihak Holanda dan persiapan untuk perang melawan pasukan Holanda.

Sya’ir no 234-240, tokoh perlawanan adalah : Pangeran Bupati Pangeran Dipati Muda, Pangeran Kramadiraja, Pangeran Puspadiraja, Pangeran Kramadilaga dan Demang Jayateruna.

Sya’ir no 241-249, tokoh perlawanan adalah : pangeran Bupati dan Sayyid al-Basyar

Ø Penutup Sya’ir Perang Menteng

Pada bagian penutup Sya’ir Perang Menteng terbagi dalam dua bagian yaitu;

  1. Sya’ir no 250-256, berisikan akhir dari perang menteng.
  2. Sya’ir no 257-260, berisikan akhir dari penulisan Sya’ir perang menteng dan ucapan permohonan maaf penulisan dalam pembuat sya’irnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar